Salin Artikel

4 Nama Rumah Adat Sulawesi Selatan Beserta Ciri Khas dan Filosofinya

KOMPAS.com - Ragam rumah adat Sulawesi Selatan merupakan bentuk budaya dari suku-suku yang mendiami wilayah tersebut sejak dulu.

Diketahui Sulawesi Selatan dihuni oleh mayoritas masyarakat yang berasal dari Suku Makassar, Bugis dan Toraja.

Hal ini tentu berdampak pada berbagai bentuk rumah adat Sulawesi Selatan yang meski berbeda nama namun memiliki kemiripan.

Rumah adat Sulawesi Selatan adalah tempat tinggal sekaligus bangunan yang memiliki filosofi turun-temurun dan nilai luhur sebagai gambaran kepercayaan masyarakat setempat.

Dengan arsitektur dan gaya bangunan yang khas, berikut adalah beberapa rumah adat Sulawesi Selatan yang bisa kita kenali.

1. Tongkonan

Seperti diketahui, Suku Toraja menjadi salah satu suku yang mendiami wilayah Sulawesi Selatan.

Suku Toraja memiliki rumah adat yang diberi nama Tongkonan. Weni Rahayu dalam buku

Tongkonan Mahakarya Arsitektur Tradisional Suku Toraja menjelaskan bahwa nama rumah adat Sulawesi Selatan ini berasal dari kata ‘tongkon’ yang berarti menduduki atau tempat duduk.

Oleh karenanya, Tongkonan berarti tempat tinggal penguasa adat sebagai tempat berkumpul.

Rumah ini memiliki filosofi sebagai tempat untuk duduk dan berkumpul untuk menyelesaikan masalah atau perselisihan bagi keluarga atau masyarakat sekitar.

Ciri khas dari Tongkonan adalah bentuk rumah panggung memanjang yang biasanya dibangun dari kayu uru yang merupakan pohon khas Sulawesi Selatan.

Selain itu atap Tongkonan berbentuk seperti perahu dengan dua ujung menjulang.

Pada tiang utama rumah biasanya akan dihiasi oleh tanduk kerbau yang disusun dari atas ke bawah sebagai lambang status sosial sang pemilik rumah.

Pada bagian depan atas rumah juga bisa ditemukan patung kepala kerbau yang disebut kabongo’ yang bisa berwarna hitam, putih, atau belang.

Sementara pada rumah orang yang dituakan oleh masyarakat setempat akan ada tambahan patung kepala ayam atau naga pada bangunannya.

Di bagian kiri bangunan juga bisa didapati rahang kerbau dan di kiri bangunan dipasang rahang babi yang pernah disembelih pada upacara adat keluarga tersebut.

Rumah adat Tongkonan ini juga biasanya dibangun berpasangan yaitu rumah utama (banua sura’) dan lumbung (alang sura’) yang dibangun berhadapan.

Ada tiga jenis Tongkonan berdasar status kekuasaan penghuninya yaitu tongkonan layuk, tongkonan pekaindoran, dan tongkonan batu a’riri.

2. Rumah Bugis

Seperti halnya Suku Toraja, Suku Bugis juga memiliki bangunan khas yang memperkaya variasi rumah adat Sulawesi Selatan.

Adapun perbedaan yang paling mencolok adalah bentuk atap dari Rumah Bugis yang berbentuk pelana dan memiliki timpalaja yang menandakan status sosial pemiliknya.

Makna filosofi Rumah Bugis tak jauh dari kepercayaan yang membagi bangunan menjadi 3 bagian.

Bagian pertama pada bagian atap yang disebut dengan Rakkeang (Bugis) dan parapara (Makassar). Bagian yang menjadi tempat barang berharga atau bahan pangan ini merupakan simbol dari Botti langi yaitu tempat kediaman La Toge Langi atau Batara Guru.

Bagian kedua pada bagian kolong rumah disebut dengan awabola (Bugis) dan siring (Makassar). Bagian ini merupakan simbol dari Buriq liu sebagai tempat kediaman We Nyili Timo, permaisuri Batara Guru.

Bagian ketiga adalah badan rumah yang disebut dengan alebola atau watangmpola (Bugis) dan kale balla’ (Makassar). Ini merupakan tempat beraktivitas yang jado simbol dari Ale Lino (bumi) sebagai tempat manusia melangsungkan kehidupannya.

3. Balla Lompoa

Suku Makassar juga memiliki kekhasan rumah adat Sulawesi Selatan yang disebut Balla Lompoa.

Balla Lompoa berarti bangunan rumah panggung besar yang merupakan tempat tinggal bagi Raja Gowa.

Hampir serupa dengan Rumah Bugis, agunan rumah adat Balla Lompoa terdiri dari tiga bagian.

Bagian atas Balla Lompoa berupa atap dengan loteng yang disebut pammakang.

Kemudian bagian tengah bangunanatau badan rumah disebut dengan kale balla.

Sementara pada bagian kolong rumah panggung disebut passiringan.

Dari segi arsitektur, ada makna filosofis yang terkandung dalam bentuk areal tanah, tiang rumah, jendela, dan ruangan.

Falsafah sulapa appa mempercayai bahwa segala aspek kehidupan manusia yang akan sempurna jika berbentuk segi empat.

Sementara simbol kebangsawanan disimbolkan dengan susunan timbaksela atau bentuk segitiga pada bagian atapnya.

4. Rumah Adat Luwuk

Hampir serupa dengan rumah adat Sulawesi Selatan lainnya, bangunan ini juga berbentuk rumah panggung.

Rumah adat ini menjadi ciri khas dari masyarakat Luwuk yang terdiri atas Suku Saluan, Balantak, dan Banggai.

Ciri khas rumah adat Luwuk adalah bentuk persegi dengan ukuran pintu yang serupa.

Hal yang membedakan rumah adat Luwuk dengan yang lain adalh adanya bubungan sebagai penanda kasta penghuninya.

Sumber:

http://repositori.kemdikbud.go.id/5527/1/67.%20Isi%20dan%20Sampul%20Tongkonan.pdf

https://sulselprov.go.id/welcome/post/kesenian-dan-kebudayaan-sulawesi-selatan

https://disbud.bone.go.id/2018/07/28/sejarah-bola-soba-bone/

https://www.gramedia.com/literasi/rumah-adat-sulawesi-selatan/

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsulsel/rumah-bugis-makassar/

https://kids.grid.id/read/472870865/4-macam-rumah-adat-sulawesi-selatan-yang-beragam?page=all

https://makassar.kompas.com/read/2021/12/24/171943278/4-nama-rumah-adat-sulawesi-selatan-beserta-ciri-khas-dan-filosofinya

Terkini Lainnya

Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
 Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com