Mulai dari tidak adanya industri perkebunan di Sulawesi hingga belum masifnya produksi tambang nikel membuat jalur ini menjadi kurang menguntungkan.
Pada akhirnya, sejak 1930 layanan kereta trem uap terpaksa ditutup karena subsidi dari Staatsspoor en Tramwegen (jawatan kereta api & trem negara di Jawa) untuk Staatstramwegen op Celebes dihentikan akibat krisis ekonomi dunia Depresi Besar pada 1929.
Dikutip dari laman jelajah.kompas.id, pemerintah merencanakan pembangunan jalur kereta api Trans-Sulawesi dengan spesifikasi teknis yang lebih unggul ketimbang jalur yang ada di Pulau Jawa.
Dengan lebar rel 1.435 milimeter, maka kecepatan maksimal kereta api Trans-Sulawesi mencapai 200 kilometer per jam.
Adapun di Pulau Jawa menggunakan lebar rel 1.067 milimeter, sehingga kecepatan tertinggi hanya 120 kilometer per jam.
Rel Trans-Sulawesi juga mampu menahan beban gandar yang lebih berat dengan kapasitas angkut yang lebih besar.
Jika rel di Pulau Jawa hanya bisa menahan beban 18 ton, maka rel Trans-Sulawesi mampu menahan beban hingga 25 ton.
Dikutip dari laman setneg.go.id, dalam rencana pembangunan Trans-Sulawesi tersebut, ruas yang pertama kali ditargetkan rampung ialah Makassar-Parepare sepanjang 145 kilometer pada 2018.
Walau begitu, rencana panjang proyek infrastruktur perkeretaapian pertama di kawasan Indonesia Timur ini perlahan-lahan akhirnya terwujud.
Sumber:
jelajah.kompas.id
heritage.kai.id
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.