Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Menilai Konsep Elevated Rel Kereta Api Makassar Lebih Ramah Lingkungan dan Aman bagi Warga

Kompas.com - 09/08/2022, 12:55 WIB
Hendra Cipto,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com - Ketua DPW Ikatan Pengkaji Lingkungan Hidup Indonesia (Inkalindo) Sulawesi Selatan, Haris Djalante menilai rel kereta elevated (layang) di Kota Makassar lebih ramah lingkungan dan aman bagi masyarakat.

Menurut Haris, desain rel kereta api trans Sulawesi Segmen E, dari arah Kabupaten Maros menuju Kota Makassar memiliki potensi banjir yang lebih kecil. Karena tidak terbentuk gundukan yang dapat membendung aliran air dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah.

"Jika desainnya rel elevated potensinya kecil terjadi banjir, karena hanya di spot-spot (tiang) terjadi pembendungan. Kalau sebidang potensinya besar, seperti membuat bendungan di dudukan rel, menghalangi air mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah, harus dilihat lagi kontur tanah yang dilewati," ujar Haris dalam keterangannya, Selasa (9/8/2022).

Baca juga: Jawab Kekhawatiran Wali Kota Makassar, BPKA: Rel KA At Grade Aman dari Banjir

Selain relatif lebih aman dari potensi bencana banjir, lanjut Haris, pembebasan lahan untuk rel elevated juga lebih kecil dibandingkan rel at grade (darat). Hal ini disebabkan biaya ganti rugi lahan hanya per segmen atau cukup tiangnya saja.

"Seperti contohnya kalau di PLN, cukup di lintasannya yang diberi kompensasi, tidak ada pembebasan lahan sepenuhnya. Kita harus lihat lagi feasibility study proyek ini," jelas Haris yang juga Dosen Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin ini.

Haris menambahkan, rel elevated jika dihitung nilai investasi pembangunan konstruksi rel memang lebih besar di awal pembangunan.

Namun jika dikonversi dengan dampak gangguan lingkungan, besar biaya pembebasan, dan keamanan masyarakat pengguna jalan lainnya, rel elevated lebih besar manfaatnya.

"Jika dipaksakan untuk rel at grade, pemerintah pusat lebih memilih pendekatan menekan biaya (cost) dari desain rel menggunakan konsep sebidang, dibandingkan pendekatan dampak gangguan lingkungan atas keberadaan rel kereta," terangnya.

Haris menilai penolakan Wali Kota Makassar Ramdhan 'Danny' Pomanto atas desain rel at grade didasarkan keinginan melindungi warganya dari ancaman banjir di musim hujan, seperti yang terjadi belum lama ini di Kabupaten Barru dan Kabupaten Pangkep di  daerah yang dilalui rel kereta api Trans Sulawesi.

"Saya melihat Pak Danny bukan menolak proyek rel ini, tapi dia ingin melindungi warganya. Selain ancaman banjir, juga potensi terjadinya kecelakaan lalu lintas yang kerap terjadi di perlintasan simpangan sebidang yang biasanya diberi palang penghalang," pungkasnya.

Diketahui, proyek nasional kereta api Makassar-Parepare dibangun sudah beberapa tahun lalu. Namun, proyek tersebut belum selesai dan baru dibangun di Kabupaten Maros, Pangkep, dan Barru.

Sedangkan Kota Makassar baru mau dikerjakan, namun terjadi silang pendapat hingga perseteruan terjadi antara Pemerintah Kota Makassar dan BPKA Sulsel.

Baca juga: Proyek Kereta Api Melintasi Daratan Makassar Menuai Protes Warga yang Trauma Banjir

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Sulawesi Selatan, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Sulawesi Selatan, 29 Maret 2024

Makassar
Ini Ruas Jalan di Sleman yang Perlu Diwaspadai Pemudik

Ini Ruas Jalan di Sleman yang Perlu Diwaspadai Pemudik

Makassar
Mahasiswa di Baubau Ditangkap karena Edarkan Sabu, Dibayar Rp 25.000 per Bungkus

Mahasiswa di Baubau Ditangkap karena Edarkan Sabu, Dibayar Rp 25.000 per Bungkus

Makassar
Usut Dana Hibah, Kejari Kembali Periksa 4 Pengurus KONI Makassar

Usut Dana Hibah, Kejari Kembali Periksa 4 Pengurus KONI Makassar

Makassar
Saat PDAM Makassar Gratiskan Tagihan Air Seluruh Masjid Selama Ramadan...

Saat PDAM Makassar Gratiskan Tagihan Air Seluruh Masjid Selama Ramadan...

Makassar
Bagi-bagi Uang Saat Pemilu, Caleg Demokrat Dituntut 5 Bulan Penjara

Bagi-bagi Uang Saat Pemilu, Caleg Demokrat Dituntut 5 Bulan Penjara

Makassar
Pria Bercadar dan Berbaur dengan Jemaah Wanita di Makassar Dipulangkan

Pria Bercadar dan Berbaur dengan Jemaah Wanita di Makassar Dipulangkan

Makassar
Prakiraan Cuaca Makassar Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Makassar Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Makassar
Ari-ari Bayi Ditemukan Tercampur Pakaian Kotor di Tempat 'Laundry', Awalnya Dikira Janin

Ari-ari Bayi Ditemukan Tercampur Pakaian Kotor di Tempat "Laundry", Awalnya Dikira Janin

Makassar
Prakiraan Cuaca Makassar Hari Ini Rabu 27 Maret 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Makassar Hari Ini Rabu 27 Maret 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Makassar
Hak Penyandang Disabilitas Belum Terpenuhi dalam Rekrutmen PPPK Gorontalo

Hak Penyandang Disabilitas Belum Terpenuhi dalam Rekrutmen PPPK Gorontalo

Makassar
Tradisi 'Hui lo Kunu', Berburu Kacang dan Pisang Saat Pertengahan Ramadhan di Batudaa Gorontalo

Tradisi "Hui lo Kunu", Berburu Kacang dan Pisang Saat Pertengahan Ramadhan di Batudaa Gorontalo

Makassar
Hujan Deras, Kantor BPBD Palopo Dihantam Longsor

Hujan Deras, Kantor BPBD Palopo Dihantam Longsor

Makassar
Rekam Aktivitas di Toilet Kantor, Oknum Pegawai BMKG Gorontalo Dijerat Pasal Pornografi

Rekam Aktivitas di Toilet Kantor, Oknum Pegawai BMKG Gorontalo Dijerat Pasal Pornografi

Makassar
Diduga Hendak Bunuh Diri, Seorang Pria Nekat Panjat Tower BTS, Mau Turun Usai Dibujuk Istri

Diduga Hendak Bunuh Diri, Seorang Pria Nekat Panjat Tower BTS, Mau Turun Usai Dibujuk Istri

Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com