Perpindahan disebabkan wilayah Kutai Lama dianggap sudah tidak aman karena adanya ancaman dan serangan perampok.
Memasuki tahun 1782, Sultan Aji Muhammad Muslihuddin yang berkuasa saat itu menilai Jembayan tidak sesuai untuk jadi pusat pemerintahan.
Maka ibu kota Kerajaan Kutai Kartanegara kembali dipindah ke Tangga Arung, atau yang sekarang dikenal Tenggarong.
Hingga saat ini, Istana Kutai Kartanegara berada di Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Baca juga: Sejarah Berdirinya Kerajaan Kutai
5. Sempat Dihapus Lalu Dihidupkan Kembali
Pada masa kemerdekaan, tepatnya tahun 1960, raja Kerajaan Kutai Kartanegara yaitu Sultan Aji Muhammad Parikesit memutuskan menyerahkan kerajaan kepada pemerintah.
Serah terima dilakukan pada Sidang Khusus DPRD Daerah Istimewa Kutai di Tenggarong pada tanggal 21 Januari 1960.
Serah terima itu menandakan berakhirnya masa kejayaan Kerajaan Kutai Kartanegara. Sementara Istana Kerajaan sejak 1960-1971 menjadi tempat tinggal Sultan Parikesit.
Pada tahun 1971, Istana Kutai diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.
Kemudian tahun 1976, istana diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk dikelola sebagai museum dengan nama Museum Mulawarman.
Namun pada tahun 1999, Kerajaan Kutai Kartanegara dihidupkan kembali oleh Bupati Kutai saat itu, Syaukani Hasan Rais.
Penghidupan kembali itu dimaksudkan untuk melestarikan warisan sejarah dan budaya Kerajaan Kutai.
Usulan Bupati Kutai itu disetujui oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Persetujuan ini terjadi pada tahun 2000.
Satu tahun kemudian, tepatnya 22 September 2001, Putra Mahkota Kesultanan Kutai Kartanegara, Aji Pangeran Pangeran Prabu anom Surya Adiningrat dinobatkan menjadi sultan.
Gelar yang disandang adalah Sultan H. Aji Muhammad Salehuddin II, yang berkuasa hingga tahun 2018.
Sumber:
Kompas.com
Kemdikbud.go.id