Pekerjaan itu terus digeluti Nuraini hingga lulus SMA. Bahkan, setelah berkuliah pekerjaan itu tidak benar-benar ditinggalkannya.
"Kini saya sudah kuliah, hanya jika saya libur kuliah, saya kembali ke Pinrang untuk membantu bapak dan ibu serta keempat adik saya jadi kuli panggul semen," sebut Nuraini.
Setiap kali menjadi kuli panggul semen, Nuraini bisa ikut menurunkan sekitar 800 sak semen dari mobil menuju toko bangunan.
Baca juga: Abdul Rahim, Joki Vaksin Covid-19 di Pinrang Sulsel, Ditetapkan sebagai Tersangka
Setiap satu sak yang diangkat, dia dibayar Rp 600.
"Dalam satu mobil kami sekeluarga mendapat upah Rp 800.000 sekali bongkar. Hasil kerja keras kami itu dipakai orangtua membiayai pendidikan kami," papar Nuraini.
Masdar, ayah Nuraini, mengatakan, saat ini kondisi fisiknya memang sudah tidak lagi bisa bekerja secara maksimal.
Kondisi yang sama juga dialami istrinya.
"Salah satu tangan saya kaku, sementara kaki istri saya (ibu Nuraini) pincang karena kecelakaan kerja beberapa tahun lalu kaki istri saya tertimpa semen dari atas mobil," tutur Masdar ayah Nuraini.
Baca juga: Joki Vaksin di Pinrang Sulsel Klaim Pernah 3 Kali Disuntik dalam Sehari
Kata Masdar, kelima anaknya itu ikut menjadi kuli semen karena ingin terus bersekolah.
Dia pun tak kuasa melarang anaknya bekerja keras demi pendidikan.
"Intinya mereka harus tetap sekolah apapun pekerjaan kami," harap Masdar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.