KOMPAS.com - Terkenal dengan kemampuannya dalam berlayar, asal Suku Bugis kerap menjadi pembahasan.
Asal Suku Bugis disebut dari Sulawesi, tepatnya di daerah Sulawesi Selatan di mana mayoritas masyarakat Bugis tinggal di sana.
Baca juga: Bugis, Suku Terbesar di Sulawesi Selatan
Namun asal Suku Bugis dalam sejarah mengungkap istilah nenek moyang yang disebut merupakan pelaut handal di nusantara.
Baca juga: Bugis, Suku Terbesar di Sulawesi Selatan
Dikutip dari laman resmi Kabupaten Wajo, suku Bugis merupakan bagian dari suku-suku Deutro Melayu.
Baca juga: Lontara, Huruf Khas Bugis-Makassar, Warisan untuk Generasi Muda
Nenek moyang Suku Bugis sebagai bangsa Deutro Melayu masuk ke Indonesia pada sekitar 500 SM dan merupakan gelombang kedua setelah bangsa Proto Melayu pada 1500 SM.
Asal nama Bugis berasal dari kata ‘To Ugi’ yang berarti orang Bugis. Adapun ‘Ugi’ merujuk pada raja pertama di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yang bernama La Sattumpugi.
Merujuk kepada nama raja atau pemimpin mereka, rakyat menjuluki diri mereka ‘To Ugi’ atau pengikut La Sattumpugi.
Sebagai raja pertama kerajaan Cina, La Sattumpugi tidak memiliki hubungan dengan negeri Cina di Tiongkok melainkan sebutan untuk wilayah kerajaan Bugis Kuno yaitu kedatuan Cina.
Anak La Sattumpugi, We Cudai menikah dengan Sawerigading yang kemudian memiliki anak La Galigo yang mencatat sejarah bangsa mereka.
Dikutip dari laman indonesia.go.id, naskah kuno I La Galigo dikenal sebagai karya sastra terpanjang di dunia.
Selain itu, I La Galigo juga menjadi rujukan utama untuk mengetahui asal Suku Bugis karena minimnya sumber tertulis sebelum abad 17.
Bagian awal I La Galigo menceritakan adanya dua kerajaan yaitu Luwu dan Cina yang berpengaruh di Sulawesi Selatan.
Kerajaan atau kedatuan Luwu masih mendominasi, namun kedatuan Cina yang kelak menjadi Pammana seperti lenyap dari sejarah pada abad ke-16.
Adapun kisah Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di Ware) dalam I La Galigo yang juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Buton.
Masyarakat Bugis klasik dikenal ini memiliki perkembangan kebudayaan, bahasa, aksara, dan pemerintahan mereka sendiri.
Seiring berjalannya waktu kemudian masyarakat Bugis membangun komunitas sendiri menjadi kerajaan Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa, Sawitto, Sidenreng dan Rappang.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.