Pastor Wilhelminus Tulak juga mengatakan sejumlah umat yang berada di dekat gerbang luka-luka.
“Kalau mati semoga tidak adalah,” katanya.
Ia mengatakan petugas keamanan mengalami luka bakar akibat ledakan tersebut.
Baca juga: Kunjungi Korban Bom Gereja Katedral Makassar, Wali Kota: Kami Akan Berikan Pelayanan Medis Terbaik
“Pimpinan Gereja Katedral aman, sebagian besar umat aman, memang ada yang terluka khusus petugas keamanan, dia sedikit terbakar. Puji tuhan luka-lukanya masih bisa ditahan,” katanya.
"Kita semua panik di dalam dan sekitar gereja, semua sudah pulang. Hari ini ibadah ditiadakan dulu," katanya.
Ia menjelaskan ledakan terjadi sekitar pukul 10.30 Wita bersamaa dengan waktu pergantian ibadah dari ibadah kedua ke ibadah ketiga.
Baca juga: Setelah Terjadi Bom Bunuh Diri di Makassar, Polisi Razia Perbatasan Sulsel dan Sulbar
Terduga pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan adalah agian dari teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Hal tersebut disampaikan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo di Gereja Katedral Makassar, Minggu (28/3/2021).
Ia mengatakan ada dua pelaku bom bunuh diri. Salah satunya adalah pria berinisial L. Sementara satu pelaku lainnya masih didentifiksi.
"Jadi mereka (pelaku) adalah bagian dari pengungkapan beberapa waktu lalu, kurang lebih 20 orang kelompok JAD. Mereka bagian dari itu. Inisial serta data-datanya sudah kita cocokan," ujar Listyo Sigit.
Baca juga: Kesaksian Warga Saat Bom di Gereja Katedral Makassar, Dengar Ledakan hingga Bawa Korban ke RS
Pelaku bom bunuh diri ini juga terafiliasi dengan teroris yang melakukan bom bunuh diri di Jolo, Filipina, pada 2018 lalu.
Menurut Listyo, Tim Laboratorium Forensik Polri telah melakukan pemeriksaan DNA pelaku dan bisa dipastikan secara ilmiah.
"Hari ini untuk inisial pelaku sudah tuntas dan kita sedang kembangkan untuk mencari pelaku dari kelompok lain," kata Listyo.
Baca juga: Jadi Pahlawan Saat Terjadi Bom Bunuh Diri, Begini Kondisi Sekuriti Gereja Katedral Makassar
Ia juga mengatakan telah menangkap empat orang yang terlibat pada kejadian tersebut. Mereka ditangkap di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.
Diduga mereka adalah bagian dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Sulawesi Selatan.