KOMPAS.com - Tarsius primata terkecil di dunia adalah satwa endemik Pulau Sulawesi. Tarsius disebut binatang yang romantis karena ia akan sendirian seumur hidup jika pasangannya mati.
Ukuran tarsius sangat kecil yakni tak lebih dari genggaman tangan orang dewasa.'
Tarsius jantan memiliki lingkar kepala sekitar 85 mm dengan panjang tubuh tak lebih dari 160 mm.
Ia ia juga memiliki kaki belakang yang panjangnya dua kali lipat ukuran dewasa sehingga tarsius bisa melompat hingga jarak tiga meter.
Baca juga: Saat Kerja Bakti, Warga Temukan Tarsius di Tebing Gowa Jepang Kiawa
Selain kaki belakang yang panjang, tarsius juga memiliki ekor panjang dengan ukuran 135-275 mmm atau dua kali lipat panjang badannya.
Di bagian bawah jari dan kaki tarsius, terdapat tonjolan atau bantalan yang memungkinkan ia melekat pada permukaan saat melompat.
Dengan kecepatan lompatan, tarsius bisa menangkap burung yang sedang terbang.
Meski demikian, tarsius adalah satwa insektivora atau pemanga serangga. Hanya saja dia juga makan vertebrata kecil seperti kelelawar kecil, ular daun, dan cicak.
Baca juga: Seri Hewan Nusantara: Tarsius Togean, Tarsius Endemik ke-12 dari Sulawesi
Tarsius memiliki rambut tebal dan halus yang menutupi tubuhnya. Warna rambut bervariasi, tergantung dari jenis, yaitu merah tua, cokelat, atau keabu-abuan.
Tarsius juga memiliki ciri khas yakni adanya rambut warna putih di belakang telinga dan rambut penutup telinganya berwarna abu-abu.
Masih ada juga dua spesies tarsius lainnya yang ditemukan pada Mei 2017, yaitu Tarsius spectrumgurskyae dan Tarsius supriatnai.
Habitat tarsius berada di antara pepohonan besar di tengah hutan rimba sebagai tempat ia hinggap.
Salah satu wilayah yang banyak didiami tarsius adalah kawasan biosfer Cagar Alam Tangkoko Batuangus, Kecamatan Bitung Utara, Kota Bitung, Sulawesi Utara.
Baca juga: Traveling Ke Bukit Peramun, dari Desa Wisata Digital hingga Tarsius
Di cagar alam seluas sekitar 8.745 hektare itulah tinggal si mungil Tarsius tarsier atau dikenal juga dengan nama Tarsius spectrum.