Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Perempuan Internasional, Sosok Maria Walanda Maramis, Perjuangkan Hak Pilih Wanita di Minahasa

Kompas.com - 08/03/2021, 07:07 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Hari Perempuan Internasional diperingati setiap 8 Maret. Di Indonesia, salah satu perempuan yang memiliki peran besar untuk memajukan kaumnya adalah Maria Walanda Maramis.

Sayangnya tak banyak yang mengenal sosok Maria Walanda yang telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1969..

Padahal di kampung halamannya, hari kelahiran Maria Walanda Maramis pada 1 Desember diperingati sebagai Hari Perempuan Minahasa.

Baca juga: Maria Walanda Maramis, Tokoh Emansipasi dari Minahasa

Yatim piatu diusia 6 tahun

Maria Walanda Maramis lahir dengan nama Maria Josephine Catherine Maramis di Kema, Sulawesi Utara, 1 Desember 1872.

Maria adalah anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan suami istri Maramis dan Sarah Rotinsulu.

Ia memiliki kakak perempuan bernama Antje dan kakak laki-laki bernama Andries.

Baca juga: Simbol Emansipasi, Perempuan Pertama Berjalan di Bulan Tahun 2024

Andries adalah ayah dari Alexander Andries Maramis (AA Marawis) yang terlibat dalam pergolakan kemerdekaan Indonesia. Alexander juga juga tercatat sebagai salah satu menteri dan duta besar di awal pemerintahan Indonesia.

Saat Maria berusia 6 tahun, kedua orangtuanya meninggal dunia karena sakit. Ia dan dua saudaranya pun diasuh oleh sang paman, Rotinsulu yang saat itu bekerja sebagai Hukum Besar di Maumbi.

Maria Walanda Maramis beserta kakak perempuannya dimasukkan ke Sekolah Melayu di Maumbi.

Baca juga: Pengertian Emansipasi Wanita

Sekolah itu mengajar ilmu dasar seperti membaca dan menulis serta sedikit ilmu pengetahuan dan sejarah.

Sekolah Melayu adalah satu-satunya pendidikan resmi yang diterima oleh Maria Walanda Maramis dan kakak perempuannya.

Kala itu perempuan diharapkan segera menikah dan mengasuh keluarga.
'
Tak hanya di sekolah, Maria juga mendapatkan ketrampilan dari pendeta asal Belanda yang tinggal di Maumbi.

Sang pendeta yang bernama Ten Hove menginspirasi Maria untuk memajukan wanita di Minahasa.

Baca juga: Mengenang Pahlawan Emansipasi Perempuan di Museum Kartini

Menikah dan memiliki empat anak

Perangko potret Maria Walanda MaramisWikimedia Commons Perangko potret Maria Walanda Maramis
Pada tahun 1890, Maria menikah dengan Joseph Frederick Caselung Walanda seorang guru bahasa di HIS Manado saat ia berusia 18 tahun.

Sejak saat itu ia lebih dikenal sebagai Maria Walanda Maramis. Mereka tinggal di di Airmadidi dan Maumbi, Minahasa Utara, 10 kilometer arah timur Manado.

Dari pernikahan tersebut, mereka mempunyai tiga anak perempuan dan dua di antaranya dikirim ke sekolah guru di Betawi (Jakarta).

Maria juga mendapatkan banyak ilmu dari sang suami.

Kala itu, Maria Maria berkeliling dari kolong rumah panggung ke kolong rumah panggung yang lain untuk mendidik para perempuan menyulam, memasak, hingga membuat kue.

Baca juga: Biografi RA Kartini, Pejuang Emansipasi Perempuan

Dirikan PIKAT

Setelah pindah ke Manado, Maramis mulai menulis opini di surat kabar setempat yang bernama Tjahaja Siang.

Dalam artikel-artikelnya, ia menunjukkan pentingnya peranan ibu.

Menyadari peranan tersebut, pada 8 Juli 1917, Maria menginisiasi pendirian Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya (PIKAT).

Organisasi tersbeut mendidik kaum wanita yang tamat sekolah dasar terkait hal-hal rumah tangga seperti memasak, menjahit, merawat bayi, pekerjaan tangan dan lain sebagainya.

Baca juga: Anna Wardiyati, Pejuang Emansipasi dari Lereng Dieng

PIKAT pun tumbuh dan muncul cabag-cabang di Maumbi, Tondano, dan Motoling.

Tak hanya di Minahasa. Di Jawa PIKAT juga berkembang di Pulau Jawa seperti di Batavia, Bogor, Bandung, Cimahi, Magelang, dan Surabaya.

Salah satu anak Maria, Anna Matuli Walanda berrgabung menjadi guru dan ikut aktif dalam PIKAT bersama ibunya.

Baca juga: Risma: Emansipasi Wanita Jangan Keblinger

Perjuangkan hak pilih wanita di Minahasa

Monumen Maria Walanda Maramis di Minahasa Utarakawanuabakudapa.net Monumen Maria Walanda Maramis di Minahasa Utara
Pada tahun 1919, sebuah badan perwakilan dibentuk di Minahasa dengan nama Minahasa Raad.

Awalnya anggota-anggotanya ditentukan, tetapi pemilihan oleh rakyat direncanakan untuk memilih wakil-wakil rakyat selanjutnya.

Kala itu hanya laki-laki yang bisa menjadi anggota. Namuan Maria berusaha agar wanita juga memilih wakil-wakil yang akan duduk di dalam badan perwakilan tersebut.

Usahanya berhasil. Pada tahun 1921, keputusan datang dari Batavia yang memperbolehkan wanita untuk memberi suara dalam pemilihan anggota-anggota Minahasa Raad.

Baca juga: Kartini versi Hanung Bramantyo, Tak Melulu soal Emansipasi

Menurut Nicholas Graafland, dalam sebuah penerbitan "Nederlandsche Zendeling Genootschap" tahun 1981, Maria Walanda Maramis ditahbiskan sebagai salah satu perempuan teladan Minahasa yang memiliki "bakat istimewa untuk menangkap mengenai apapua,

Ia juga mengembanhkan daya pikirnya dan bersifat mudah menampung pengetahuan sehingga lebih sering maju daripada kaum lelaki

Maria diizinkan untuk menyekolahkan dua putrinya, Wilhelmina Frederika dan Anna Pawlona, ke sekolah pendidikan guru di Batavia.

Setamat di sekolah itu, Wilhelmina dan Anna kembali ke Manado mengajar di Hollandsch-Chinescheschool, sekolah yang didirikan Belanda untuk anak-anak keturunan China.

Baca juga: Negara Merugi Rp 61 M dari Penggunaan Dana Terkait Covid-19 di Minahasa Utara

Sayangnya, pada 22 April 1924, Maria tutup usia di Maumbi, Sulawesi Utara pada 22 April 1924 diusia 51 tahun.

"Jadi makam ini bertempat di Maumbi, karena suaminya orang Maumbi. Ibu Maria Walanda Maramis ini orang asli Kema," kata turunan Maria Walanda Maramis, Dra Anatje Maramis, mantan Hukum Tua Desa Maumbi beberapa tahun silam dikutip dari TribunManado.co.id.

"Ketika lahir sekitar 6 tahun ayah dan ibunya meninggal kemudian diasuh oleh kakak dari ibundanya. Walanda itu marga suaminya," tambahnya.

Baca juga: Tari Kabasaran, Tarian Perang Khas Minahasa

Maria dianugerahi gelar Pahlawan Indonesia pada 20 Mei 1969 berdasarkan SK Presiden No 012/TK/1969.

Untuk mengenang jasanya, Pemda Minahasa membangun Monumen Maria Walanda Maramis di Desa Maumbi.

Selain itu, setiap tanggal 1 Desember, rakyat Minahasa memperingati Hari Ibu Maria Walanda Maramis.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Aswin Rizal Harahap, Aris Prasetyo, Jean Rizal Layuck | Editor: Eko Hendrawan Sofyan, Nibras Nada Nailufar), tribunmanado.co.id

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang Wajib Pakai Masker di Pengungsian

Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang Wajib Pakai Masker di Pengungsian

Makassar
Penutupan Bandara Sam Ratulangi Manado Diperpanjang hingga Minggu

Penutupan Bandara Sam Ratulangi Manado Diperpanjang hingga Minggu

Makassar
Viral, Video Bayi 6 Bulan di Maros Dianiaya Ibu Kandungnya

Viral, Video Bayi 6 Bulan di Maros Dianiaya Ibu Kandungnya

Makassar
Tiga Hari Terendam Banjir, Warga di Luwu Gunakan Rakit untuk Beraktivitas

Tiga Hari Terendam Banjir, Warga di Luwu Gunakan Rakit untuk Beraktivitas

Makassar
Sekuriti di Makassar Diamuk Massa Usai Diduga Lecehkan Bocah 5 Tahun

Sekuriti di Makassar Diamuk Massa Usai Diduga Lecehkan Bocah 5 Tahun

Makassar
Gunung Ruang Erupsi, 87 Warga Tagulandang Tiba di Bitung Sejak Kamis Malam

Gunung Ruang Erupsi, 87 Warga Tagulandang Tiba di Bitung Sejak Kamis Malam

Makassar
Kisah Kasmi Cari Adiknya yang Hilang sejak 2017, Ternyata Jadi Korban Pembunuhan di Makassar

Kisah Kasmi Cari Adiknya yang Hilang sejak 2017, Ternyata Jadi Korban Pembunuhan di Makassar

Makassar
Pembunuh Istri di Makassar Aniaya Anaknya, Ada Sejumlah Memar di Wajah Korban

Pembunuh Istri di Makassar Aniaya Anaknya, Ada Sejumlah Memar di Wajah Korban

Makassar
Dua Pemuda Spesialis Curi Knalpot di Makassar Diamuk Massa, Motor Dibakar

Dua Pemuda Spesialis Curi Knalpot di Makassar Diamuk Massa, Motor Dibakar

Makassar
UMI Makassar Cabut Laporan Dugaan Penggelapan Dana Mantan Rektor, Kapolda Sulsel: Penyidikan Terus Lanjut

UMI Makassar Cabut Laporan Dugaan Penggelapan Dana Mantan Rektor, Kapolda Sulsel: Penyidikan Terus Lanjut

Makassar
2 Hari Terlantar di Pelabuhan Silopo, Ratusan Pemudik Akhirnya Diberangkatkan

2 Hari Terlantar di Pelabuhan Silopo, Ratusan Pemudik Akhirnya Diberangkatkan

Makassar
Begini Kondisi Istri Kedua Pelaku Pembunuhan di Makassar yang Dikabarkan Hilang

Begini Kondisi Istri Kedua Pelaku Pembunuhan di Makassar yang Dikabarkan Hilang

Makassar
Gunung Ruang Meletus, Napi dan Pegawai Lapas di Pesisir Tagulandang Ikut Dievakuasi

Gunung Ruang Meletus, Napi dan Pegawai Lapas di Pesisir Tagulandang Ikut Dievakuasi

Makassar
Kasus Suami Bunuh dan Timbun Istri di Makassar, 2 Anaknya Dapat Pendampingan Psikologi

Kasus Suami Bunuh dan Timbun Istri di Makassar, 2 Anaknya Dapat Pendampingan Psikologi

Makassar
Fakta Baru Kasus Suami Bunuh Istri di Makassar, Masih Kerabat Dekat hingga Disebutkan Tak Direstui

Fakta Baru Kasus Suami Bunuh Istri di Makassar, Masih Kerabat Dekat hingga Disebutkan Tak Direstui

Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com