Ia juga mengembanhkan daya pikirnya dan bersifat mudah menampung pengetahuan sehingga lebih sering maju daripada kaum lelaki
Maria diizinkan untuk menyekolahkan dua putrinya, Wilhelmina Frederika dan Anna Pawlona, ke sekolah pendidikan guru di Batavia.
Setamat di sekolah itu, Wilhelmina dan Anna kembali ke Manado mengajar di Hollandsch-Chinescheschool, sekolah yang didirikan Belanda untuk anak-anak keturunan China.
Baca juga: Negara Merugi Rp 61 M dari Penggunaan Dana Terkait Covid-19 di Minahasa Utara
Sayangnya, pada 22 April 1924, Maria tutup usia di Maumbi, Sulawesi Utara pada 22 April 1924 diusia 51 tahun.
"Jadi makam ini bertempat di Maumbi, karena suaminya orang Maumbi. Ibu Maria Walanda Maramis ini orang asli Kema," kata turunan Maria Walanda Maramis, Dra Anatje Maramis, mantan Hukum Tua Desa Maumbi beberapa tahun silam dikutip dari TribunManado.co.id.
"Ketika lahir sekitar 6 tahun ayah dan ibunya meninggal kemudian diasuh oleh kakak dari ibundanya. Walanda itu marga suaminya," tambahnya.
Baca juga: Tari Kabasaran, Tarian Perang Khas Minahasa
Maria dianugerahi gelar Pahlawan Indonesia pada 20 Mei 1969 berdasarkan SK Presiden No 012/TK/1969.
Untuk mengenang jasanya, Pemda Minahasa membangun Monumen Maria Walanda Maramis di Desa Maumbi.
Selain itu, setiap tanggal 1 Desember, rakyat Minahasa memperingati Hari Ibu Maria Walanda Maramis.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Aswin Rizal Harahap, Aris Prasetyo, Jean Rizal Layuck | Editor: Eko Hendrawan Sofyan, Nibras Nada Nailufar), tribunmanado.co.id
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.