Dari pernikahan tersebut, mereka mempunyai tiga anak perempuan dan dua di antaranya dikirim ke sekolah guru di Betawi (Jakarta).
Maria juga mendapatkan banyak ilmu dari sang suami.
Kala itu, Maria Maria berkeliling dari kolong rumah panggung ke kolong rumah panggung yang lain untuk mendidik para perempuan menyulam, memasak, hingga membuat kue.
Baca juga: Biografi RA Kartini, Pejuang Emansipasi Perempuan
Setelah pindah ke Manado, Maramis mulai menulis opini di surat kabar setempat yang bernama Tjahaja Siang.
Dalam artikel-artikelnya, ia menunjukkan pentingnya peranan ibu.
Menyadari peranan tersebut, pada 8 Juli 1917, Maria menginisiasi pendirian Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya (PIKAT).
Organisasi tersbeut mendidik kaum wanita yang tamat sekolah dasar terkait hal-hal rumah tangga seperti memasak, menjahit, merawat bayi, pekerjaan tangan dan lain sebagainya.
Baca juga: Anna Wardiyati, Pejuang Emansipasi dari Lereng Dieng
PIKAT pun tumbuh dan muncul cabag-cabang di Maumbi, Tondano, dan Motoling.
Tak hanya di Minahasa. Di Jawa PIKAT juga berkembang di Pulau Jawa seperti di Batavia, Bogor, Bandung, Cimahi, Magelang, dan Surabaya.
Salah satu anak Maria, Anna Matuli Walanda berrgabung menjadi guru dan ikut aktif dalam PIKAT bersama ibunya.
Baca juga: Risma: Emansipasi Wanita Jangan Keblinger
Pada tahun 1919, sebuah badan perwakilan dibentuk di Minahasa dengan nama Minahasa Raad.
Awalnya anggota-anggotanya ditentukan, tetapi pemilihan oleh rakyat direncanakan untuk memilih wakil-wakil rakyat selanjutnya.
Kala itu hanya laki-laki yang bisa menjadi anggota. Namuan Maria berusaha agar wanita juga memilih wakil-wakil yang akan duduk di dalam badan perwakilan tersebut.
Usahanya berhasil. Pada tahun 1921, keputusan datang dari Batavia yang memperbolehkan wanita untuk memberi suara dalam pemilihan anggota-anggota Minahasa Raad.
Baca juga: Kartini versi Hanung Bramantyo, Tak Melulu soal Emansipasi
Menurut Nicholas Graafland, dalam sebuah penerbitan "Nederlandsche Zendeling Genootschap" tahun 1981, Maria Walanda Maramis ditahbiskan sebagai salah satu perempuan teladan Minahasa yang memiliki "bakat istimewa untuk menangkap mengenai apapua,