Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Penangkapan Dosen di Makassar, Mengaku Dianiaya hingga Babak Belur karena Dikira Demonstran

Kompas.com - 13/10/2020, 10:30 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - AM (27) seorang dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Makassar mengaku jadi korban salah tangkap saat aksi demo pada Kamis (8/10/2020) lalu.

Ia dianiaya belasan polisi hingga babak belur.

Kepada Kompas.com AM bercerita hari itu ia sedang mencari makan dan mencetak tugas di sekitar Jalan Urip Sumoharjo.

"Saya pada saat itu pertama tidak berada di lokasi. Saya mencari makan, setelah itu saya mau pergi nge-print. Saya biasanya print di depan Universitas Bosowa. Ketika saya mau ke sana, ternyata aksi masih terjadi," kata AM menceritakan detik-detik sebelum ditangkap di kantor PBHI Sulsel, Minggu (11/10/2020).

Baca juga: 30 Pedemo Tolak Omnibus Law di Makassar Negatif Covid-19

Saat itu, tiba-tiba ada polisi yang menembakkan gas air mata di tempat AM berdiri.

Ia kemudian mengindar agar tidak terkena gas air mata. Selain itu ia merasa tidak terlibat kericuhan. Tak lama kemuian, AM didatangai sekitar 20 aparat kepolisian.

AM kemudian menunjukkan KTP untuk meyakinkan polisi bahwa dia bukan bagian dari pendemo. Namun AM malah dipukuli polisi berulang kali.

"Saya hanya kebetulan di sini terjebak. Saya mau nge-print. Saya tunjukkan KTP saya, tapi tidak juga diindahkan. Kemudian saya langsung dipukul, diangkat kerah saya."

"Saya langsung dihajar, dipukul dan itu tidak dipukul pada wilayah-wilayah yang tidak mematikan, karena itu di wilayah kepala dan itu secara berulang kali," ujar AM.

Baca juga: Dosen Diduga Ditangkap dan Dipukul Saat Demo di Makassar, Polisi Sebut Sesuai Prosedur

Ia kemudian diseret ke mobil polisi dan kembali dipukuli. Tak hanya itu, AM juga mengaku diinjak hingga terjatuh. Saat berusaha bangun, dia kembali dipukul hingga tiga kali.

"Sampai saya dihantam seingat saya dengan tameng di bagian kepala saya ini ada lebam bagian biru. Seingat saya ini dihantam pakai tameng," kata AM

AM bercerita, saat itu ada pimpinan aparat yang menyarankan untuk tidak melakukan pemukulan. Namun setelah pimpinan pergi, oknum anggota terus melakukan pemukulan.

Bahkan ia terus dipukuli saat berada di dalam mobil walaupun ada salah satu polisi yang mengatakan jika AM adalah seorang dosen.

Baca juga: Dikira Pedemo, Dosen di Makassar Diduga Dianiaya Polisi hingga Babak Belur

Namun beberapa aparat malah melontarkan kata-kata kasar dalam bahasa Makassar.

"Itu yang saya tidak terima. Saya bahkan malam itu mengira itu ajal saya. Saya dengan tubuh kecil seperti ini dihantam, dipukul lebih kurang 15 orang dengan cara membabi buta," kata AM.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com