Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Ibu-ibu Nelayan Protes Kapal Keruk di Tengah Laut, Perahu Ditabrak Speedboat Polisi dan Nyaris Jatuh

Kompas.com - 14/09/2020, 05:10 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Sejumlah nelayan dan aktivis lingkungan memprotes kapal keruk pasir laut milik PT Royal Boskalis yang kembali beroperasi di perairan Pulau Kodingareng, Makassar, Sabtu (12/9/2020).

Mereka pun mendatangi kapal tersebut dan meminta untuk menghentikan pengerukan pasir sekitar pukul 06.00 WIB.

Menurut salah satu advokat dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar Edy Kurniawan, saat itu ada 3 kapal jolloro serta 45 kapal lepa-lepa yang digunakan warga untuk mendekati kapal dan untuk meneriakkan protes mereka.

Saat itu, menurut Edy, peserta aksi didominasi nelayan perempuan dan mahasiswa.

"Kegiatan ini menimbulkan reaksi dari masyarakat dan nelayan Pulau Kodingareng," ujar Edy.

Baca juga: Detik-detik Tambang Batu Bara Runtuh di Sawahlunto, 3 Tewas, 1 Luka Berat

Setelah beberapa saat, Kapal Royal Boskalis tersebut putar balik dan menghentikan kegiatannya.

Melihat itu, para peserta aksi pun kembali ke pantai sekitar pukul 09.40 WITA.

Namun, saat perjalanan para nelayan hendak pulang sekitar pukul 09.40 Wita, dua speedboat milik Polairud Polda Sulsel mengejar dan menabrak kapal nelayan.

"Perahu nelayan kemudian ditabrak dan alat kendali perahu dirusak. Perahu terus didorong hingga penumpang dan nelayan yang ada di atas hampir terjatuh ke laut," ujar Edy.

Baca juga: Polisi Tangguhkan Penahanan 2 Nelayan Makassar Setelah Ditahan Beberapa Pekan

Suasana mencekam, aktivis diduga dipukul

Saat itu, para nelayan perempuan hanya bisa menjerit histeris. Penangkapan terhadap sejumlah nelayan pun dilakukan polisi, termasuk para aktivis.

Menurut Edy, aktivis lingkungan yang sempat merekam mendapat tindakan kekerasan dari polisi.

"Wajahnya dipukul dan leher diinjak serta handphone yang diapakai merekam jatuh ke laut saat hendak disita polisi," kata Edy.

Polisi: Ada yang lempar molotov

Saat dikonfirmasi, Direktur Polairud Polda Sulsel Kombes Pol Hery Wiyanto membantah telah ada tindakan kekerasan saat penangkapan itu.

Hery menjelaskan, penangkapan dilakukan karena diduga ada oknum peserta aksi yang melempar bom molotov ke Kapal Royalis Boskalis.

"Tadi pagi ada pengrusakan kapal penyedot pasir dengan melempar bom molotov dan memotong kabel listrik peunomatic-nya makanya kapal balik," kata Hery saat dikonfirmasi melalui WhatsApp.

Baca juga: Polisi Tangkap 7 Nelayan dan 3 Mahasiswa Makassar yang Tolak Penambangan Pasir Laut

Selain itu, Hery menampik anggotanya melakukan kekerasan saat penangkapan.

Dia mengatakan, saat ini para nelayan, aktivis serta mahasiswa yang ditangkap diperiksa selama 1x24 jam di kantor Polairud Polda Sulsel.
"Enggak ada anggota yang menggunakan peluru tajam. Sesuai laporan, anggota yang bertugas tidak ada unsur kekerasan yang dilakukan saat itu," ujar Hery.

(Penulis: Kontributor Makassar, Himawan | Editor: Khairina)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com