KOMPAS.com - Kasus kematian taruna junior Aldama Putra Pongkala (19) di Akademi Teknik Teknik Keselamatan Penerbangan (ATKP) Makassar terus berkembang.
Sejumlah kekerasan diduga dialami para taruna dan taruni di akademi milik Kementerian Perhubungan tersebut.
Informasi tersebut diperoleh ayah kandung mendiang taruna Aldama, Daniel Pongkala, saat bertemu dengan sejumlah orangtua para taruna saat pemakaman putranya.
Seperti diketahui, taruna Aldama Putra Pongkala (19) tewas dengan sekujur tubuh penuh luka lebam setelah dianiaya seniornya di dalam kampus, Minggu (3/2/2019) malam.
Baca faktanya secara lengkap:
Orangtua para taruna dan taruni ATKP Makassar mengungkapkan semua dugaan penyiksaan yang dialami oleh anak-anak mereka.
Menurut mereka, para taruna junior dipaksa untuk makan sabun hingga penganiayaan oleh taruna senior. Mirisnya, hal tersebut diduga dilakukan didepan para pembinanya.
Hal tersebut diungkapkan ayah kandung almarhum Aldama Putra Pongkala, Pelda Daniel Pongkala.
Saat dikonfirmasi pada Selasa (12/2/2019) malam, Daniel mengatakan, sejumlah orangtua taruna dan taruni ATKP Makassar berkeluh kesah tentang kekerasan yang dialami anak-anak mereka di ATKP Makassar.
“Yang dibahas saat berkunjung ke rumah, menyampaikan keluh kesah anaknya kepada saya. Berupa kekerasan dan penganiayaan biadab itu yang tidak sesuai dengan kemanusiaan," kata Daniel.
"Penyiksaan dilakukan taruna senior kepada taruna junior, seperti dicekoki nasi satu rice cooker ke dalam mulut seorang taruna, ada beberapa senior makan wafer yang kemudian dikumur-kumur dan dimasukkan gelas lalu selanjutnya diminumkan kepada taruna dan taruni. Ada juga Autan dipaksa dijadikan masker oleh taruni. Ada yang dipaksa dimakankan sabun, tidak takut mereka kalau anak orang mati,” tambah Daniel.
Baca Juga: Diduga, Taruna ATKP Disiksa Makan Sabun dan Dianiaya di Dalam Kampus
Daniel menuturkan, banyak keluh kesah orangtua taruna dan taruni ATKP Makassar yang terungkap.
“Itu katanya ibu-ibu, berdasarkan laporan dari anak-anak mereka. Banyaklah mereka ungkapkan, tapi saya tidak kuat mendengarnya. Karena kemungkinan anak saya (Aldama) mengalami hal itu semua hingga meninggal,” ujarnya.