Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peringatan Dini La Nina di Sulsel, Ini Saran BMKG

Kompas.com - 18/10/2020, 12:01 WIB
Hendra Cipto,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com - Fenomena La Nina diperkirakan terus berkembang mencapai intensitas moderat pada akhir 2020 dan mulai meluruh pada Januari-Febuari 2021.

Dampaknya pada mengingkatnya curah hujan bulanan antara 20 hingga 40 persen di atas normal.

“Ini sekarang La Nina, yaitu peningkatan curah hujan yang tinggi itu sedang meningkat, dari indeks lemah ke moderat,” kata Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah IV Makassar, Darmawan saat bertemu Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah di rumah jabatan Gubernur Sulsel, Sabtu (17/10/2020).

Baca juga: Ibu dari Siswa SMK yang Nikahi 2 Gadis: Mohon Izinkan Anak Saya Tetap Sekolah agar Dapat Ijazah

Darmawan menjelaskan, untuk Sulsel  belum masuk sepenuhnya musim hujan. Musim hujan baru memasuki Pulau Jawa sehingga dampaknya perlu diantisipasi. 

Adapun prakiraan curah hujan untuk musim hujan tahun 2020/2021 di Sulawesi Selatan, wilayah pantai barat akan masuk di November.

Baca juga: Nomor Ponsel Dokter Eric Dikloning, Tabungan Rp 400 Juta Raib, Telkomsel dan Danamon Digugat

 

Awal November sudah mulai masuk musim penghujan. Puncaknya diperkirakan pada bulan Januari. 

“Seiring kenaikan curah hujan, La Nina berpotensi meningkatkan risiko banjir dan membuat lahan pertanian terendam. Untuk mengatasinya dampaknya, BMKG memberikan saran agar saluran air di lahan pertanian mesti diperlebar dan memastikan aliran air tidak ada hambatan. Bisa mengantisipasi DAS-DAS yang mungkin kita prediksi akan menjadikan banjir bandang. Sehingga kejadian di Bantaeng dan Luwu Raya tidak terjadi lagi,” jelasnya.

Darmawan mengungkapkan, puncak musim hujan dan pengaruh La Nina perlu diantisipasi oleh seluruh stakeholder.

“BMKG sudah siap dengan sistem peringatan dini yang tersebar di Wilayah Sulsel untuk membantu memberikan peringatan dini dan membantu memantau perkembangan kondisi cuaca yang terjadi. Ini diperlukan untuk mengoptimalisasi tata kelola air terintegrasi dari hulu hingga hilir,” tambahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com