Salin Artikel

Katokkon, Cabai Khas Tana Toraja yang Lebih Pedas dari Rawit Biasa

KOMPAS.com - Keberadaan lada katokkon atau cabai katokkon mungkin belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia.

Hal ini karena tanaman yang memiliki nama latin Capsicum annum L.var.sinensis hanya dapat tumbuh di dataran tinggi sekitar 1000 - 1500 mdpl.

Cabai katokkon adalah jenis cabai khas Tana Toraja yang banyak digunakan oleh masyarakat Sulawesi Selatan.

Sebagai salah satu pendamping dan penambah cita rasa dalam sajian masakan, masyarakat Sulawesi Selatan juga tidak bisa lepas dari jenis cabai ini.

Di Tana Toraja, cabai katokkon biasa digunakan sebagai campuran untuk masakan khas seperti pa'piong, tollo lending, utun tutu, dan tutuk lada.

Cabai ini juga diolah oleh masyarakat setempat menjadi sambal dalam kemasan siap saji yang bisa dibawa pulang wisatawan sebagai buah tangan.

Terlebih saat ini tengah marak sajian masakan dengan berbagai level pedas, dan memakai berbagai pilihan sambal.

Ciri Cabai Katokkon

Untuk menemukan cabai katokkon ternyata cukup mudah karena banyak dijual di pasar di sekitar Sulawesi Selatan.

Ciri cabai katokkon adalah memiliki bentuk bulat tak sempurna yang sekilas agak mirip paprika namun lebih kecil dan gemuk.

Seperti cabai rawit, ukuran normal cabai katokkon adalah sekitar 3 - 4 cm saja.

Selain itu dari segi warna, cabai ini berwarna hijau keunguan saat masih muda dan berwarna merah segar saat sudah matang.

Rasa Cabai Katokkon

Salah satu keistimewaan dari cabai khas Tana Toraja ini tentunya tak hanya dari bentuk namun juga dari segi rasa.

Rasa cabai katokkon disebut memiliki tingkat kepedasannya 4-6 kali lebih pedas dari cabai rawit biasa.

Adapun dilansir dari laman sulselprov.go.id, menurut Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo Cabai Katokkon memiliki rasa pedas di level lima atau setara dengan 20 cabai rawit.

Sementara apabila diukur dengan satuan ukur konsentrasi zat pedas atau capsaicin yang disebut Scoville Heat Unit (SHU), cabai ini memiliki tingkat kepedasan cukup tinggi, yaitu antara 400.000-600.000 SHU.

Angka tersebut jauh dari ukuran konsentrasi cabai rawit biasa yang hanya sebesar 100.000 SHU.

Manfaat Cabai Katokkon

Selain pedas, cabai khas Tana Toraja ini juga memiliki kandungan gizi yang baik seperti vitamin A dan vitamin C.

Dilansir dari laman pustaka.setjen.pertanian.go.id, cabai katokkon juga mengandung antioksidan yang dapat melindungi tubuh dari radikal bebas penyebab kanker.

Selain itu, cabai katokkon juga bermanfaat untuk menambah nafsu makan, obat awet muda karena bisa memperlambat penuaan, anti stress, membantu mengatasi masalah persendian, menurunkan kolesterol, melancarkan aliran darah, mencegah stroke, meredakan batuk berdahak, melegakan hidung tersumbat, dan meredakan migrain.

Harga Cabai Katokkon

Jangan heran jika harga cabai katokkon bisa mencapai dua kali lipat harga cabai biasa.

Terlebih ketika hasil panen menurun seperti pada musim penghujan maka harga di pasaran bisa menembus ratusan ribu rupiah.

Dilansir dari laman pertanian.uma.ac.id, cabai katokkon biasanya dijual dengan harga sekitar Rp 50.000 per kilogram.

Kini kini cabai katokkon tak hanya dikembangkan di wilayah sulawesi selatan saja namun juga dikembangkan di Pacet Cipanas, Ciapus Bogor, dan Sukabumi.

Sumber:
sulselprov.go.id  
pertanian.uma.ac.id  
bbp2tp.litbang.pertanian.go.id  
pustaka.setjen.pertanian.go.id  

https://makassar.kompas.com/read/2023/02/02/201338078/katokkon-cabai-khas-tana-toraja-yang-lebih-pedas-dari-rawit-biasa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke