Salin Artikel

Sejarah Jalur KA Trans-Sulawesi, Jalur Kereta Api Pertama di Sulawesi yang Perlahan Mulai Terwujud

KOMPAS.com - Jalur kereta api pertama di Sulawesi mulai memasuki masa operasional terbatas pada bulan Oktober dan November 2022.

Pada masa operasional terbatas di bulan November 2022, diaktifkan jalur kereta api sepanjang 66 km yang menghubungkan tujuh stasiun.

Adapun rute yang dapat ditumpangi masih terbatas yaitu untuk lintas 7 stasiun yaitu Stasiun Garongkong, Stasiun Barru, Stasiun Tanete Rilau, Stasiun Mandalle, Stasiun Ma’rang, Stasiun Labakkang, hingga Stasiun Mangilu.

Terdapat dua kereta akan ditugaskan untuk melayani masyarakat secara gratis yaitu KA Andalan Celebes dan KA Lontara.

Operasional terbatas dua kereta ini merupakan bagian dari rencana pembangunan jalur kereta api yang membentang dari Makassar–Parepare sepanjang 145 kilometer.

Sejarah Pembangunan Jalur Kereta Api Trans-Sulawesi

Dilansir dari laman heritage.kai.id, progres pembangunan jalur kereta api di Pulau Sulawesi memang terbilang lambat.

Sejak usulan pertama hingga realisasi pembangunan disebut membutuhkan waktu hingga 13 tahun.

Adapun rencana untuk mewujudkan jalur kereta api di Pulau Sulawesi sejatinya telah muncul sejak 2001.

Kemudian pada 2002 dan 2003 pemerintah mulai menyelenggarakan studi kelayakan jalur kereta api di untuk lintas Manado–Bitung dan Makassar–Parepare.

Dua tahun kemudian kajian studi tersebut sempat diperluas menjadi Makassar–Takalar–Bulukumba.

Hasilnya, Kementerian Perhubungan dan Pemda Sulawesi Selatan menandatangani Nota Kesepahaman tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian Nasional di Pulau Sulawesi pada 1 Juni dan 28 Desember 2012.

Rencana pembangunan pun semakin dimatangkan dengan keluarnya hasil studi terkait Detail Engineering Design (DED) pembangunan jembatan kereta api dari Makassar hingga Parepare disusul hasil Analisis Mengenai Dampak Lingkungan pada rute yang sama pada 2014.

Sejak groundbreaking pada 12 Agustus 2014, akhirnya rel sepanjang 71 kilometer akan dibuka bertahap pada Oktober 2022.

Studi Kelayakan Pernah Dilakukan di Zaman Penjajahan Belanda

Wacana pembangunan jalur kereta api di Sulawesi ternyata sudah pernah dilakukan sebelumnya.

Berdasarkan buku Nederlandsch Indische Staatsspoor en Tramwegen (1921) halaman 108 dijelaskan bahwa studi kelayakan jalur perkeretaapian oleh swasta sudah dimulai sejak 1915.

Hasil laporan tersebut mengungkap bahwa secara teknis sebenarnya jalur kereta api bisa dibangun tetapi tidak sesuai harapan investor.

Jalur tersebut tidak menarik karena dinilai tidak akan membawa keuntungan bagi swasta yang akan berinvestasi.

Pemerintah Belanda kemudian berkesimpulan bahwa jalur perkeretaapian akan dibangun oleh negara.

Pada 1917 penelitian teknis lapangan untuk pembangunan jalur perkeretaapian versi pemerintah dilakukan untuk lintas Makassar–Takalar dan Makassar–Maros–Tanete–Parepare–Sengkang.

Hasil studi kembali mengungkap bahwa yang paling realistis dan sesuai dengan bujet negara adalah pembangunan dan eksploitasi jalur trem.

Sesuai Staatsblad Nomor 224 tahun 1892, pembangunan jalur trem tidak serumit jalur kereta api, serta biaya yang dikeluarkan juga lebih hemat dan efisien.

Pada 1918 desain awal lintas pertama jalur trem uap Makassar–Maros selesai dibuat dan rancangannya selesai setahun kemudian.

Di tahun yang sama, Gubernur Jenderal mengajukan anggaran tambahan kepada Menteri Jajahan Belanda.

Anggaran disetujui beserta dengan permintaan kepada pemerintah Hindia Belanda agar segera menyelenggarakan penyelidikan awal tentang potensi ekonomi pembangunan jalur perkeretaapian di Minahasa Sulawesi Utara mulai 1920.

Melalui undang-undang yang disahkan parlemen Belanda pada 22 Desember 1919 yang dicatat dalam Lembaran Negara (Stbl.) Hindia Belanda nomor 53 tahun 1920, proyek pembangunan jalur trem uap Takalar–Makassar–Maros resmi dimulai.

Pada 18 Maret 1921 parlemen Belanda kembali mengesahkan undang-undang yang dicatat dalam Staatsblad van Nederlandsch Indie Nomor 200 sebagai landasan hukum pembangunan jalur trem uap Maros–Tanete.

Pada 1 Juli 1922, rel antara Makassar (Stasiun Pasar Butung)–Takalar selesai dibangun dan setahun kemudian trem uap resmi dibuka untuk umum.

Lintas ini menjadi yang pertama sekaligus terakhir yang dibangun pemerintah Hindia Belanda.

Sedangkan rute Maros–Tanete yang sudah disiapkan desainnya tidak pernah terlaksana pembangunannya.

Penyebab jalur trem Makassar–Takalar hanya bertahan 7 tahun cukup beragam.

Mulai dari tidak adanya industri perkebunan di Sulawesi hingga belum masifnya produksi tambang nikel membuat jalur ini menjadi kurang menguntungkan.

Pada akhirnya, sejak 1930 layanan kereta trem uap terpaksa ditutup karena subsidi dari Staatsspoor en Tramwegen (jawatan kereta api & trem negara di Jawa) untuk Staatstramwegen op Celebes dihentikan akibat krisis ekonomi dunia Depresi Besar pada 1929.

Sekilas Tentang Jalur Kereta Api Trans-Sulawesi

Dikutip dari laman jelajah.kompas.id, pemerintah merencanakan pembangunan jalur kereta api Trans-Sulawesi dengan spesifikasi teknis yang lebih unggul ketimbang jalur yang ada di Pulau Jawa.

Dengan lebar rel 1.435 milimeter, maka kecepatan maksimal kereta api Trans-Sulawesi mencapai 200 kilometer per jam.

Adapun di Pulau Jawa menggunakan lebar rel 1.067 milimeter, sehingga kecepatan tertinggi hanya 120 kilometer per jam.

Rel Trans-Sulawesi juga mampu menahan beban gandar yang lebih berat dengan kapasitas angkut yang lebih besar.

Jika rel di Pulau Jawa hanya bisa menahan beban 18 ton, maka rel Trans-Sulawesi mampu menahan beban hingga 25 ton.

Dikutip dari laman setneg.go.id, dalam rencana pembangunan Trans-Sulawesi tersebut, ruas yang pertama kali ditargetkan rampung ialah Makassar-Parepare sepanjang 145 kilometer pada 2018.

Walau begitu, rencana panjang proyek infrastruktur perkeretaapian pertama di kawasan Indonesia Timur ini perlahan-lahan akhirnya terwujud.

Sumber:
jelajah.kompas.id 
heritage.kai.id  

https://makassar.kompas.com/read/2022/11/27/224256178/sejarah-jalur-ka-trans-sulawesi-jalur-kereta-api-pertama-di-sulawesi-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke