Salin Artikel

5 Fakta Kerajaan Kutai Kartanegara, Pernah Dihapus Lalu Dihidupkan Kembali

Kerajaan ini berdiri pada tahun 1300 Masehi di Tepian Batu atau Kutai Lama, yang saat ini masuk wilayah Kalimantan Timur.

Kerajaan Kutai Kartanegara didirikan oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti. Dia sekaligus raja pertama yang berkuasa pada periode 1300-1325 Masehi.

Berikut beberapa fakta menarik tentang Kerajaan Kutai Kartanegara:

1. Berbeda dengan Kerajaan Kutai Martadipura

Kerajaan Kutai Kartanegara berbeda dengan Kerajaan Kutai Martadipura.

Kutai Kartanegara berdiri pada abad ke-14 Masehi, dengan raja pertama bernama Aji Batara Agung Dewa Sakti.

Sementara Kutai Martadipura merupakan kerajaan bercorak Hindu pertama di Nusantara, yang diperkirakan berdiri abad ke-4 Masehi.

Selain itu Kutai Martadipura juga merupakan kerajaan yang memiliki bukti sejarah tertua di Indonesia, dalam bentuk prasasti Yupa.

Kutai Kartanegara didirikan di Tepian Batu atau Kutai Lama, sedangkan Kutai Martadipura berada di Muara Kaman.

Kedua wilayah ini sekarang masuk ke dalam wilayah administratif Provinsi Kalimantan Timur.

2. Berubah Jadi Kesultanan Islam

Kerajaan Kutai Kartanegara berubah menjadi kesultanan Islam dengan nama Kesultanan Kutai Kartanegara pada tahun 1575.

Raja yang berkuasa dan mengubah status kerajaan menjadi kesultanan itu bernama Aji Raja Mahkota Mulia Alam.

Perubahan status itu menyusul keputusan Aji Raja Mahkota Mulia Alam yang masuk Islam setelah didakwahi seorang pendakwah bernama Tunggang Parangan.

Aji Raja Mahkota Mulia Alam sekaligus juga menjadi raja pertama Kerajaan Kutai Kartanegara yang beragama Islam.

Perubahan status menjadi Kesultanan Kutai Kartanegara menjadi tonggak masuknya ajaran Islam ke wilayah Kutai atau Kalimantan Timur.

Setelah Islam menjadi agama resmi kerajaan, penyebaran ajaran Islam di wilayah Kutai menjadi sangat cepat.

Setelah Aji Raja Mahkota Mulia Alam meninggal, penyebaran Islam dilanjutkan oleh raja berikutnya yang bernama Raja Aji Dilanggar.

Meski sudah berstatus sebagai kesultanan Islam, namun nama dan gelar raja masih menggunakan unsur lama.

Baru pada tahun 1735, Sultan Aji Muhammad Idris naik tahta dan menjadi raja pertama yang menggunakan nama bernada Islam.

3. Menaklukkan Kutai Martadipura

Pada tahun 1634, Kesultanan Kutai Kartanegara melakukan ekspansi dengan menaklukkan Kerajaan Kutai Martadipura.

Saat itu, Kutai Martadipura sedang diperintah oleh Maharaja Dharma Setia.

Kekalahan dalam serangan ini sekaligus mengakhiri perjalanan panjang kerajaan Hindu tertua di Nusantara.

Sebaliknya, Kutai Kartanegara saat melakukan penaklukan itu dipimpin oleh Raja Aji Pangeran Sinum Aji,

Raja Aji Pangeran lantas menggabungkan dua kerajaan ini menjadi satu, dengan nama Kesultanan Kutai Kertanegara ing Martadipura.

4. Diperintah 22 Orang Raja

Kerajaan Kutai Kartanegara sepanjang sejarahnya diperintah oleh 22 orang raja dan sultan.

Berikut daftar raja-raja Kutai Kartanegara:

Kerajaan Kutai Kartanegara tercatat pernah tiga kali berpindah ibu kota atau pusat pemerintahan.

Awalnya, ibu kota Kerajaan Kutai Kartanegara berada di Kutai Lama, sebagai tempat pertama kali kerajaan ini didirikan.

Namun pada tahun 1732, tepatnya pada masa pemerintahan Pangeran Aji Dipati Tua, ibu kota kerajaan dipindah lebih ke hulu Sungai Mahakam.

Sejak saat itu, ibu kota Kerajaan Kutai Kartanegara berada di Pemarangan (Jembayan).

Perpindahan disebabkan wilayah Kutai Lama dianggap sudah tidak aman karena adanya ancaman dan serangan perampok.

Memasuki tahun 1782, Sultan Aji Muhammad Muslihuddin yang berkuasa saat itu menilai Jembayan tidak sesuai untuk jadi pusat pemerintahan.

Maka ibu kota Kerajaan Kutai Kartanegara kembali dipindah ke Tangga Arung, atau yang sekarang dikenal Tenggarong.

Hingga saat ini, Istana Kutai Kartanegara berada di Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

5. Sempat Dihapus Lalu Dihidupkan Kembali

Pada masa kemerdekaan, tepatnya tahun 1960, raja Kerajaan Kutai Kartanegara yaitu Sultan Aji Muhammad Parikesit memutuskan menyerahkan kerajaan kepada pemerintah.

Serah terima dilakukan pada Sidang Khusus DPRD Daerah Istimewa Kutai di Tenggarong pada tanggal 21 Januari 1960.

Serah terima itu menandakan berakhirnya masa kejayaan Kerajaan Kutai Kartanegara. Sementara Istana Kerajaan sejak 1960-1971 menjadi tempat tinggal Sultan Parikesit.

Pada tahun 1971, Istana Kutai diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

Kemudian tahun 1976, istana diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk dikelola sebagai museum dengan nama Museum Mulawarman.

Namun pada tahun 1999, Kerajaan Kutai Kartanegara dihidupkan kembali oleh Bupati Kutai saat itu, Syaukani Hasan Rais.

Penghidupan kembali itu dimaksudkan untuk melestarikan warisan sejarah dan budaya Kerajaan Kutai.

Usulan Bupati Kutai itu disetujui oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Persetujuan ini terjadi pada tahun 2000.

Satu tahun kemudian, tepatnya 22 September 2001, Putra Mahkota Kesultanan Kutai Kartanegara, Aji Pangeran Pangeran Prabu anom Surya Adiningrat dinobatkan menjadi sultan.

Gelar yang disandang adalah Sultan H. Aji Muhammad Salehuddin II, yang berkuasa hingga tahun 2018.

Sumber:
Kompas.com
Kemdikbud.go.id

https://makassar.kompas.com/read/2022/01/25/173540778/5-fakta-kerajaan-kutai-kartanegara-pernah-dihapus-lalu-dihidupkan-kembali

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke